prinsip
Prinsip
Menurut para moderenis, fungsi dapat di kategorikan sebagai penentu bentuk atau penduan menuju bentuk. Fungsi menunjukan kearah mana bentuk harus di tentukan.
(
yuswadi saliya, 1999 ).
Hal ini mengacu kepada slogan form follows
function ( Louis Sullivan )
Jika
kita berbicara tentang arsitektur, maka kita tidak hanya bicara tentang fungsi
dan bentuk saja. Masih ada unsur lain yang juga terkait erat dengan arsitektur,
yang merupakan konsekuensi logisdari adanya fungsi. Karena fungsi merupakan
gambaran dari kegiatan, dimana kegiatan tersebut membutuhkan fungsi, tentunya
akan berlanjut dengan pembahasan tentang ruang. Sedangkan bentuk yang menurut
sullivan merupakan akibat dari pewadahan fungsi, dapat memberikan ekspresi
tertentu. Jadi pembahasan fungsi tidak dapat di pisahkan dari pembahasan
tentang ruang, bentuk dan ekspresi bentuk yang di hasilkan.
Kaitannya dengan arsitektur adalah bahwa
arsitektur merupakan perwujudan fisik sebagai wadah kegiatan mansusia.
Bagaimana pun juga unsur-unsur fungsi, ruang, bentuk dan ekspresi akan
menentukan bagaiama arsitektur dapat meninggikan nilai suatu karya, memperoleh
tanggapan serta mengungkapkan suatu makna. Oleh karena penyajian ini adalah
sebagai sarana untuk memecakan suatu masalah sebagai tanggapan atas kondisi-kondisi
lingkupnya secara arsitektural yang saling berkaitan.
1.1. FUNGSI
A. Pengertian fungsi
Dari segi pengeriatan dapat di bagi menjadi :
concept
1.
Pengertian Umum Bagi Para Ahli Bahasa ( Linguist ) Fungsi Adalah :
pendekatan pada studi bahasa yang berkenan
dengan fungsi yang di tunjukan oleh bahasa, terutama dalam hal kejadian (
informasi yang berhubungan ), ekpresi ( mengindikasikan suasana hati ), dan
pergaruh keahlian.
2.
Pengertian Umum Bagi Para sosiologis ( Linguist ) Fungsi Adalah :
Teori
tentang hubungan bagian-bagian dalam masyarakat pada keseluruhan dan satu
dengan yang lai. Pendekatannya terkemukan dalam pekerjaan sosiolog pada abad,
khususnya mereka yang melihat masyarakat sebagai organisme.
3.
Pengertian Arsitekturalnya adalah :
Suatu
prinsip Arsitekturalnya dimana bentuk suatu bangunan harus di peroleh dari
fungsi yang harus di penuhinya; aspek skematis dan teknis dari moderenisasi
arsitektural ( rasionalisme ), yang pendirian teoritisnya yang lebih luas juga
membentuk pertanyaan simbolik, filsafat, politik, sosial ekonomi.
Fungsi traditional understanding ; utility,
fitnes for purpose ( ketepatan guna ),”task” ( tugas/ guna ) yang harus di
penuhi oleh suatu bangunan. Efek atau pengaruhnya terhadap pengguna atau
pengamat.commodity bagi teori vitu virus tentang ” commodity ”, firmness and
delight”.
Firmness = technics ” , delight = form ”.
Ketiganya adalah dimensi yang tidak telepaskan dari sebuah karya/ pekerjaan
arsitektur, dan fungsi sendiri dapat di bicarakannya dalam tujuan-tujuan
analisis dengan pengertian bahwa dalam kenyataannya fungsi tidak bisa ” ada ” (
exist ) tanpa bentuk dan material konstruksi dan teknik.
B. Multifungsionalitas Arsitektur
Dalam
kegiatan perancangan kita tidak pernah lepas dari instilah ” Fungsi ”.
Sayangnya istilah ini seringkali sangat di batasi pada pengertian sebagai
aktifitas didalam bangunan maupun diluat bangunan. Tetapi pada prinsipnya
pengertian fungsi sangat luas.
Berhubungan dengan hal ini, maka kita akan
berhadapan dengan sebuah obyek yang melaksanakan satu atau beberapa atau bahkan
seluruh fungsi. Hal inilah yang mendorong arsitektur untuk menjalankan berbagai
fungsi, yang dikatakan Multifungsionalitas Arsitektur ( josef Prijotomo, 1998
).
Beberapa tokoh yang berkecimpung dalam bidang
arsitektur maupun diluar melontarkan beberapa fungsi yang dapat di jalankan
oleh arsitektur :
Geoffrey Broadhint
Menurutnya ada enam fungsi yang dapat di
jalankan oleh arsitektur enam fungsi tersebut adalah :
1.
Environmental Filter ( =Modofier of the phsycal climate ). Bangunan bias
mengontrol iklin. Bangunan berfungsi sebagai penyaring terhadap iklim di luar
(filter). Bangunan dapat membuat kita merasa
aman dan nyaman untuk melaksanakan aktifitas kita. Kita dapat menentukan
ruangan mana yang harus dekat dan mana yang harus di jauhkan.
2.
Container of actifities. Bangunan sebagai wadah kegiatan yang menempatkannya
pada tempat tertentu
3.
Capital invesment (=changer of land value ). Bangunan dapat memberikan nilai
lebih pada tapak. Dapat menjadi sumber investasi yang baik.
4.
symbolic function ( = implication cultural ). Dalam pengertian ini bangunan
dapat memberikan nilai Sombolik, khususnya keagamaan dan budaya.
5.
Behavior modifier. Bangunan dapat mengubah kebiasaan dan perilaku, sesuai
dengan suasana ruang.
6.
Aesthetic function (= Pursuit of delight ). Bangunan akan menyenangkan jika
tampak cantik, sesuai dengan fashionable saat ini.
Geoffrey Broadhint, memahami fungsi sebagai
sesuatu yang di pancarkan dan di informasikan melalui panca indrkita.
Christian Notberg-Scuhltz
Memunculkan empat fungsi yang dapat dijalankan
oleh arsitektur. Dalam menjawab : apa tugas bangunan :
1.
phsycal Control. Peranan phsycal Control dalam fungsi bangunan adalah :
untuk
mengontrol iklim.
*.
Udara, kelembaban, temperetur, angin, curah hujan dan lain-lain
*.
Hal-hal lain seperti, asap, serangga, hewan, manusia, dan radioaktif.
Secara
umum physcal control adalah berupa hubungan bangunan terhadap lingkungan. Dapat
mengontrol lingkungan sesuai dengan aktifitas yang dilakukan di dalam bangunan.
2.
functional frame. Pada prinsipnya manusia selalu melakukan aktifitas oleh
kerena itu di perlukan wadah Arsiterktural dalam menentukan fungsi dari
tiap-tiap wadah yang di tentukan. Manusia membutuhkan ruangan untuk
melaksanakan kegiatannya, fungsi ruangan dapat berubah apabila terjadi
perubahan gaya hidup yang di dasari atas kebutuhan. Tak peduli jika ruangan
dalam bentuk apapun ( bujur sangkar, lingkaran, elipse, dll ) yang terpenting
fungsi dapat terpenuhi.
3.
Social Milieu. Bisa menjadi ekxpresi statis, peranan, kelompok, institusi dan
sekolompok bangunan yang dapat merepresentasikan system sosial sebagai suatu
kesatuan. Contoh : istana raja dibuat lebih besar dari bangunan lain dengan
tujuan, menunjukan status sosial.
Dari
sinilah akan lahir ekxpresi bentuk, baik yang terjadi di dalam maupun di luat
harus dapat memberikan suatu informasi. Tentang apa dan fungsi dari bangunan
tersebut.
Bangunan dan ligkungan memberikan manusia
tempat untuk melakukan kegiatan-kegiatan umum dan khusus.
4.
Cultural symbolization. Arsitektur adalah obyek budaya dan merupakan hasil
karya mansusia yang melayani aktifitas manusia secara umum. Kita telah sepakat
bahwa seni menerangkan nilai budaya dan sains menerangkan fakta-fakta, dan seni
adalah nilai-nilai budaya yang harus di masyarakatkan.
Larry R. Ligo
Ligo
memunculkan lima Fungsi yang dapat di jalankan oleh arsitekrur untuk menjawab
fungsi sebagai konsep. Kelima fungsi bangunan menurut liggo ( dari concepts of
function of the twentieth century Atchitecture ) adalah :
1.
Structural Articulation ( artikulasi structural ) menunjuk pada pengupasan
dalam design, dari material struktur dan metode sebuah bangunan ( misalnya “
fungsi “ material dan metode maupun pada artikulasi exterior bangunan dengan
variasi kegiatan yang terkandung di dalamnya.
2.
Physcal function. ( fungsi fisik ). Meliputi control dari lingkungan dan
akomodasi bangunan terhadap aspek-aspek fisik dari tujuan yang di inginkan,
aspek-aspek seperti pola jalan dan fleksibilitas dari pengaturan ruang.
3.
Physcal function. ( fungsi Psiokoligi ). Mengacu kepada “feelings”
(
perasaan atau rasa ) dimana bangunan-bangunan itu berbaur dengan pengamat-
pengamatnya, penghuni/pemakai dan pengkritikannya, termasuk penyakit-penyakit
psikologis seperti vertigo, clausphobia, kebingungan arah (direction),
kenyamanan fisik atau kurangnya rasa dan emosi yang spesifik/khas.
4. Social function. ( fungsi Sosial ). Mengacu
kepada kongkritisasi dari institusi social dan karakteristik yang bernilai
budaya atau masa tertentu
5.
Cultural/existential function. ( fungsi budaya/keberadaan ). Mengacu kepada
kongritisasi dati nilai-nilai universal atau struktur subconcius dari spatial
dan orientasi psikologi yang berhubungan lebih kepada esensi kemanusiaan dari
pada hidup manusia dalam suatu waktu dan tempat tertentu.
Larry
R. ligo memahami fungsi sebagai tugas/pekerjaan ataupun efek-efek yang dapat di
timbulkan oleh Arsitektur.
1.2. RUANG
2. Pengertian Ruang
Menurut Lao Tzu
Ruang
adalah ” kekosongan ” yang ada di sekitar kita maupun disekitar obtek atau
benda. Ruang yang ada di dalamnya lebih hakiki ketimbang materialnya/masannya.
Kekosongan yang terbingkaikan adalah sebagai transisi yang memisahkan
arsitektur dengan fundamental, ada Tiga Tahapan hirarki ruang :
1.
ruang adalah hasil serangkaian secara tektonik
2.
ruang yang dilingkupi bentuk
3.
ruang peralihan yang membentuk suatu hubungan antara dunia di dalam dan dunia
di luar.
Menurut
Plato
Ruang
adalah sesuatu yang dapat terlihat dan terab, mejadi teraba karena memiki
karakter yang jelas berbeda dengan semua unsur lainnya. Plato menginginkan :
kini, segala sesuatunya harus berwadaq, kasat mata, dan teraba.
Ruang adalah sebagai tempat( topos ), tempat (
topos ) sebagai suatu dimana, atau suatu place of belonging, uang menjadi
lokasi yang tepat diman setiap elemen fisik cenderung berada. Arsitoteles
mengatakan : wadaq- wadaq sementara bergerak keatas dan kebawah menuju
tempatnya yang tepat dan setiap hal berada di suatu tempat, yakni dalam suatu
tempat. ” suatu tempat, atau ruang, tidak dapat memiliki sesuatu wadaq. (
cornelis van de ven, 1995 ).
Karakteristik dari ruang dirangkum menjadi
lima butir :
1) Tempat
melingkupi objek yang ada padanya
2)
Tempat bukan bagian yang di linkunginya
3)
Tempat dari suatu objek yang tidak lebih besar atau lebih kecil dari objek
tersebut
4)
Tempat dapat di tinggalkan oleh objek dan dapat di pisahkan dari objek
5)
Tempat selau mengikuti objek walaupun objek terus bergerak
Menurut Josef Prijotomo
Ruang
adalah bagian dari bangunan yang berupa rongga, sela yang terletak diantara dua
objek dan alam terbuka yang mengelilingi dan melingkupi kita. Tidak terlihat
hanya dapat dirasakan oleh pendengaran, penciuman dan perabaan.
Menurut Rudolf Amheim
Ruang
adalah sesuatu yang dapat di bayangkan sebagai suatu kesatuan terbatas atau tak
terbatas, seperti keadaan yang kosong yang sudah di siapkan untuk mengisi
barang.
Menurut Imanuel Kant
Ruang
bukanlah merupakan sesuatu yang objektif atau nyata merupakan sesuatu yang
subjektif sebagai hasil pikiran manusia.
2.1. RUANG
3. Unsur – Unsur Pembentuk Ruang
Ruang tidak dapat di pisahkan dari kehidupan
manusia, baik secara Psikologi, emosional, dan dimensional. Manusia berada
dalam ruang, bergerak, menghayati, berfikir dan juga menciptakan dan menyatakan
bentuk dinianya.
Secara umum, ruang di bentuk oleh tiga
pembentuk elemen ruangan yaitu :
1.
Bidang Alas/Lantai ( The base Plane ). Oleh karena lantai Merupakan pendukung
segala aktifitas kita di dalam ruangan.
2.
Bidang Dinding/pembatas ( The vertical Space Devider ). Sebagai unsur
perancangan bidang dinding dapat menyatu dengan bidang lantai atau sebagai
bidang yang terpisah.
3.
bidang atap/langit-langi ( The Overhead Plane ). Bidang atap adalah unsure
pelindung utama dari suatu bangunan dan pelindung terhadap pengaruh iklim.
4. Hubungan Antara Penentu Keterangkuman Dan
Kualitas Barangruang
Selain ketiga unsur diatas adapun beberapa
faktor lain yang turut mempengaruhi terbentuknya suatu ruang. Faktor-faktor
tersebut adalah dimensi,wujud, konfigurasim permukaan, sisi bidang dan
bukaan-bukaan. Suatu ruang tidak saja mempunyai bentuk secara fisik. Ruang di
bentuk oleh bidang alas, bidang dinding, sbidang langit-langit. Sedangkan
kualitas suatu ruang di tentukan oleh faktor-faktor tersebut diatas, yang di
sebut sebagai faktor penentu keterangkuman ruang.
Hubungan antara faktor-faktor penentu
keterangkuman ruangan dengan kualitas ruang yang di hasilkannya disimpulkan di
dalam matriks di bawah ini :
Penentu keterangkuman
Kualitas ruangan
Dimensi
Proporsi
Skala
Wujud
konfigurasi Bentuk
Definisi
Permukaan
Sisi-sisi
Warna
Tekstur
Pola
Bukaan
Tingkat ketertutupan
Cahaya
Pandangan
Sebagai contoh, hubungan antara penentu
keterangkuman ruang DIMENSI dengan kualitas ruang yang dapat di hasilkannya
melalui SKALA dan PROFESI adalah bila kita ingin mendapatkan efek yang wajar,
megah dan mencekam ( lihat ilustrasi di bawah ini )
Dalam contoh ini dimensi adalah ukuran
panjang, lebar dan tinggi ruang. Skala wajar di hasilkan dengan dimensi
panjang, lebar, dan tinggi ruang yang sebanding dengan tinggi manusia normal,
contohnya pada bangunan rumah tinggal. Skala megah dapat di capai dengan ukuran
panjang, lebar, dan tinggi ruang yang jauh lebih besar dari ukuran manusia
normal, contohnya pada bangunan-bangunan monumental seperti istana, theatre dan
lain sebagainya.
Wujud
adalah ciri-ciri pokok yang menentukan bentuk. Dengan membuat konfigurasi dari
permukaan dan sisi, maka akan di hasilkan suatu wujud terentu pula. Semakin
banyang konfigurasi dan wujud suatu banguna, akan semakin banyak ragam bentuk
yang di hasilkan. Bentuk-bentuk yang terjadi dari konfigurasi tersebut akan dapat
memberikan baik secara fisik maupun secara psikologis kepada pengamat dan
pengguna ruang. Misalnya konfigurasi bentuk ruang segi banyak ( segi enam, segi
delapan, dsb ), secara fisik akan mempengaruhi penataan perabot di dalamnya dan
akan memberikan kesan kaku dan tegas terhadap ruang tersebut. Sedangkan bentuk
ruang yang melenkung ( lingkaran, elipse, dsb ) akan memperjelas adanya
continuitas permukaan-permukaan bentuk, kekompakan volume ruang dan kelembutan
kontur.
Faktor keterangkuman ruang PERMUKAAN DAN SISI
akan menentukan kualitas ruang melalui WARNA, TEKSTUR, DAN POLA. Dengan
memberikan warna dan tekstur pada permukaan-permukaan bidang pembentuk ruang (
lantai, dinding, dan langit-langit ) akan memberikan kesan tertentu pada ruang
yang bersangkutan kesan yang di timbulkannya lebih bersifat psikologis dari
pada bersifat fisik sebagai contoh, bila suatu ruang di beri warna-warna lembut
dan cerah, maka ruang menjadi terasa lebih luas dan pada gilirannya akan
menyebabkan pengguna ruang menjadi lebih tenang dan nyaman. Sebaliknya jika di
beri warna-warna gelap dan warna-warna panas ( merah, kuning, jingga ) akan
memberikan kesan sempit atau bersemangat demikian pula dengan tekstur, baik
halus maupun kasar akan memnerikan kesan berbeda pada suatu ruang atau
bangunan, misalnya pada bangunan yang menggunakan beton expose, maka kesan yang
di timbulkan adalah bangunan yang berat dan kokoh. Pola yang di buat pada
penyusun material penutup lantai ( keramik, marmer, granit, dll ) akan
meningkatkan kualitas suatu ruang dari ruang yang ’ biasa-biasa’, saja menjadi
ruang yang memiliki nilai estetika yang baik. Pola juga dapat memperkuat atau
menyamarkan kesan yang sudah ada. Misalnya pada dinding yang tinggi atau tidak
terlalu lebat di beri pola garis-garis vertikal masa dinding tersebut akan
terasa menjadi lebih tinggi, tetapi jika di beri pola garis-gari horizontal
maka akan menyamarkan ketinggiannya.
Contoh lain bisa kita ambil pada hubungan
antara faktor keterangkuman ruang PERMUKAAN dengan kualitas yang di hasilkan
dalam penyamanan ruang. Ukuran, rupa dan letak dari bukaan atau void didalam
bentuk penutupan ruang yang terangkum akan mempengaruhi nilai/kulitas dari
suatu ruang dalam hal : bentuk ruang yang terjadi, pencahayaan ruang dan
penerangan pada permukaan-permukaan dan bentuk-bentuknya, serta pada fokus dan
orierntasi akibat dari adanya bukaan.
3.1 BENTUK
1. Pengertian
• Menurut vitivirus, tidak ada istilah bentuk.
Bentuk bagi vitivurus, bila mau di kaitkan dengan fungsi/utilitas tentunya
merupakan gabungan antara firmitas ( thecnic ) dengan venustas ( beauty/delight
)( saliya”99).
• Obyek
dalam persepsi kita memiliki wujud/ujud (sha ) ( abecrombie, 1984 : 37 )
• Wujud
merupakan hasil konfigurasi tertentu dari permukaan-permukaan dan sisi bentuk (
ching, 1979 : 50 )
2. Ciri-ciri visual bentuk
ciri-ciri pokok yang mrnunjukan bentuk, dimana
ciri-ciri tersebut pada kenyataannya dipengaruhi oleh keadaan bagaiman cara
kita memandangnnya.
Bentuk
dapat dikenali karen ia memiliki ciri-ciri visual yaitu ( ching, 1979 )
1.
wujud : adalah hasil konfugurasi tertentu dari permukaan-permukaan dan
sisi-sisi bentuk
2.
Dimensi : dimensi suatu bentuk adalah panjang, lebar, tinggi. Demensi-demensi
ini menentukan proporsinya. Adapun skalanya di tentukan oleh perbandingan
ukuran relatifnya terhadap bentuk-bentuk lain di sekelilingnya.
3.
warna : corak, intensitas dan nada permukaan pada suatu bentuk. Warna adalah
atribut yang paling mencolok yang membedakan suatu bentuk terhadap
lingkunganya. Warna juga mempengaruhi bobot visual pada bentuk.
4.
tekstur : adalah karakter permukaan suatu bentuk. Tekstur mempengaruhi perasaan
kita pada waktu menyentuh, juga pada saat kualitas pemantulan cahaya menimpa
permukaan benda tersebut.
5.
posisi : adalah letak relatif suatu bentuk terhadap suatu lingkungan atau medan
visual.
6.
Orientasi : adalah posisi relatif suatu bentuk terhadap bidang dasat, arah mata
angin atau terhadap pandangan seseotang yang melihatnya.
7.
inersia visual : adalah derajad konsentrasi dan stabilitas suatu bentuk.
Inersia suatu bentuk tergantung pada geometri dan orientasi relatifnya terhadap
bidang dasar dan garis pandangan kita.
Dengan penghayatan terhadap wujud kita bisa
mendapatkan kepuasan. Wujud dapat menawan perhatian kita, mengundang keingintahuan
memberikan sensasi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dalam berbagai
cara. Ada wujud yang memuat pesan khusus, ada yang membuat kita langsung
mengerti bahkan ada yang tidak sama sekali dengan atau tanpa penjelasan wujud
tidak dapat di pertentangkan. ( Abrecombie 1984 ).
Sebagai
contoh dengan dimensi dan ukurannya, piramid adalah suatu wujud yang mempunyai
suatu kekuatan. Tentunya efektifitasnya di perkaya oleh pengulangan sejarah dan
oleh kekayaan akan asosiasi-asosiasinya yang terakumulasi ( terkumpul ). Bagi
masyarakat mesir, yang mengenalnya sebagai transfotmasi ideal dan agung dari
gundukan makam biasa, yang mempercayai sebagai jaminan keabadian pharaoh dan
yang melihat lapisan atapnya yang bekilat memantulkan cahaya langsung yang
pertama dari matahari terbit, sebagai imaji kedewaan dan ketuhanan bagi mereka
jelas, piramid memiliki arti yang tidak bisa kita dapatkan lagi saat ini.
Olblesik adalah salah satu bentuk yang
memiliki daya tarik. Oblesik hampit selalu menarik perhatian. Tidak dapat di
pungkiri lagi bahwa oblesik melambangkan’ lingga’. Tetapi akan berarti asosiasi
ini dilihat sebagai sumber daya teriknya. Sumber tersebut mungkin sedikit lebih
berkaitan dengan sex dari pada dengan sebuah isyarat melawan gravitasi, usaha
melawan inertia.
2. Ekspresi Bentuk
ekspresi bentuk adalah apa yang kita lihat
menurut pengaruh atau pengalaman sebelumnya. ( smithies, 1984 ). Oleh karen itu
setiap orang memiliki latar belakang dan pengalaman yang berbeda-beda, maka
tanggapan terhadap ekspresi yang dimunculkan oleh subyek juga akan
berbeda-beda.
Setiap
kerangka arsitektural senantiasa mengandung ekspresi sebagai sebuah prinsip.
Ekpresi dapat dipengaruhi oleh beberapa aspek
yakni
Fungsi.
Fungsi dapat melahirkan bentuk yang ekspresif misalnya kita membuat sebuah
lumbung padi dengan menitik beratkan pada pemenuhan fungsi, maka akan muncul
bentuk lumbung padi yang dapat menghindari terjadinya pembusukan padi,
menghindari gangguan tikus dan sebagainya.
Struktur. Penonjolan struktur sebagai elemen
estetis pada sebuah bangunan dapat melahirkan bentuk yang eksptesif pula.
Budaya. Misalnya pada bangunan tradisional.
Ekspresi yang di munculkan merupakan hasil tampilan budaya.
3. Teori Gestalt tentang Ekspresi
para
psikologi Gestalt menduga bahwa terdapat sebuah pengalaman langsung dari
kualitas ekspresi dalam persepsi terhadap garis-garis, bidang-bidang, volume
ataupun massa. Mereka merumuskan bahwa pengalaman-pengalaman ini bukan hasil dari
asosiasi intelektual melainkan hasil dari sebuah gaung antara proses neurologis
(syaraf) dan pola-pola lingkungan. Jadi bangunan di katakan hidup, tenang, atau
berat bukan karena asosiasi antara pola-pola yang ada sekarang dengan rujukan
tetapi karena proses biologis dalam otak kita – konsep Isomorphism Gestalt
(Lang, 1987).
Menurut interpretasi psikologi dari Teor
Gestalt tentang proses persepsi visual, menyatakan bahwa ’garis’(line) dan
’bentuk’(form) dari bangunan mengkomunikasikan makna-makna secara langsung
melalui garis itu sendiri atau bidang (Lang, 1987). Contoh-contoh dari
penerapan teori ini ada pada Crisler Building, ekspresi: menjulang tinggi
(soaring), Sydney Opera house, ekspresi: gelembung (billowing), menunjukan
ekspresi: statis. Ketiganya merupakan kualitas ekspresif dari
konfigurasi-konfigurasi spesifik. Interpretasi alternatif dari teori Gestalt
adalah bahwa ekspresi-ekspresi ini adalah hasil dari asosiasi-asosiasi yang di
pelajari (Lang, 1987).
4.1 KETERKAITAN FUNGSI, RUANG, BENTUK DAN
EKSPRESI
Fungsi dapat dikategorikan sebagai penentu
atau panduan manuju bentuk. Fungsi menunjukan kearah mana bentuk harus
ditemukan. Fungsi dan bentuk memang diperlukan untuk menjelaskan arsitektur,
tapi belum memadai (necessary but not efficient) (Saliya, 1999).
Fungsi tidak mutlak menentukan bentuk. Konsep
form follows function banyak dibantah oleh para modernis. Sebagai contoh satu
fungsi dapat meghasilkan bermacam-macam bentuk. Bentuk adalah bagian integral
dari kadar spiritual bagi pernyataan bangunan. Bentuk harus sebagai media bagi
komunikasi (ruang). Yaitu, akan mungkin melalui bentuk yang sesuai untuk
memancarkan informasi tertentu (Sohirmbeck, 1988).
Bentuk dalam arsitektur meliputi permukaan
luar dan ruang dalam. Pada saat yang sama, bentuk maupun ruang mengakomodasi
fungsi-fungsi (baik fungsi fisik maupun non fisik). Fungsi-fungsi tersebut
dapat dikomunikasikan kepada pengamat melalui bentuk. Kaitan-kaitan tersebut
dapat menghasilkan ekspresi bentuk. Dalam menyatakan, keterkaitan fungsi, ruang
dan bentuk dapat menghadirkan berbagai macam ekspresi. Penagkapan ekspresi
bentuk bisa sama ataupun berbeda pada setiap pengamat, tergantung dari
pengalaman dan latar belakang pengamat.
Komentar
Posting Komentar